Pedoman hidup seorang SH-wan ialah Sapta Wasita Tama, yang artinya sapta (tujuh),wasita(ajaran/pedoman),tama (utama/luhur) dengan demikian Sapta Wasita Tama berarti tujuh pedoman yang luhur menjadi sendi – sendi kehidupan rohani SH, melaksanakan tata kehidupan bermasyarakat.
SAPTA WASITA TAMA
1. Tuhan menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda sebelum disabda (dumadi) alam seisinya itu ada pada yang Menyabda.
2. Setelah alam semesta seisinya ada (Disabda) Tuhan menyertai sabdaNya.
3. Barang siapa meninggalkan AS-nya tergelincirlah ia oleh lingkungan sekelilingnya (omgeving).
4.Barang siapa meninggalkan keseimbangan, tergelincirlah ia
5.Barang siapa melupakan/meninggalkan permulaan, tak akan dapatlah ia megakhirinya.
6.Barang siapa mengaku hasil karyanya menjadi milik sendiri terbelengulah ia lahir bathin.
7.Barang siapa selalu melati merasakan “rasaning rasa”, Insya Allah lambat laun ia akan kerasa ing rosing roso.
Rosoning roso ialah sumber dari rasa, keroso ing rosing roso ialah terasa atau merasakan inti pusat dari rasa. Inti pusat ini sering disebut rasa sejati, sejatining rasa, Kalbu, Hati Sanubari, Pribadi. Apabila orang tersebut telah “kerasa ing rosing rasa,” maka ia akan merasakan tanpa sarira, denga kata lain ia akan merasakan atau terasa yang tiada jasati, yang rohani, yang ghoib.
Yang pada hakekatnya Sapta Wasita Tama memberi bimbingan kearah kesadaran rohani yang mendalam, berhubungan antara sikap diri dan pribadi sebagai individu atau orang seorang terhadap diri pribadi sebagai totalitas yang utuh dan bulat. Proses ini sesungguhnya hanya merupakan satu tahap mengenal diri pribadi. Kesadaran yang rohani dan mendalam inilah akan membawa orang pada “rasa pengrasa” hidup dengan Tuhan dalam Tuhan. Kesadaran inilah sesungguhnya hasil daripada “mawas diri” yang dihayati dengan teratur, teliti dan tekun
0 Komentar